Rabu, 18 Mei 2016

Hari ke-4

Matius 5:3-16 (TB) "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Kotbah Yesus yang sangat berbeda,  ini adalah kotbah pertama Yesus dihadapan orang banyak,  sesuatu yang sangat tidak menarik sama sekali. Orang orang lagi menderita sengsara, miskin dan dihina, tetapi Tuhan katakan itulah bahagia, mungkin kalau  saya ada di sana saya akan bertanya dimana letak kebahagiaan.  Yesus menawarkan sesuatu yang berbeda dari dunia ini. Tetapi ini semua mempunyai arti bahagia bukan karena kita miskin secara materi tetapi kita miskin dihadapan Allah, jadi selalu mau mencari Allah, Yesus tahu persis jika mereka miskin mereka akan berusaha keluar dari kemiskinan itu bagaimanapun caranya, jadi sikap seperti itulah juga seharusnya mereka miliki di dalam mencari Tuhan dan Kebenaran, niscaya mereka akan mendapatkannya dan mereka akan merasakan bahagia yang sesungguhnya.  Jadi kita mesti punya pandangan yang berbeda  dari dunia ini tentang makna apa itu kebahagiaan, dan tentunya membuat pendengarnya punya harapan bahwa walaupun mereka miskin, tertindas, dihina mereka bisa berbahagia juga memang dari presfentif yang berbeda. Amim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar